Universitas Trunojoyo Madura Kukuhkan Tiga Guru Besar, Soroti Kemandirian Pergaraman Nasional 2045

BANGKALAN – Universitas Trunojoyo Madura (UTM) resmi mengukuhkan tiga Guru Besar dalam Rapat Terbuka Senat yang digelar pada Kamis (16/01/2026) di Gedung Pertemuan R.P. Mohammad Noer UTM. Ketiga Guru Besar tersebut adalah:

  1. Prof. Dr. Makhfud Efendy, S.Pi., M.Si. (Fakultas Pertanian) – Guru Besar di Bidang Teknologi Pergaraman
  2. Prof. Dr. Drs. H. Pribanus Wantara, M.M. – Guru Besar di Bidang Manajemen Pemasaran Produk
  3. Prof. Issa Dyah Utami, S.T., M.T., Ph.D. – Guru Besar di Bidang Rantai Pasok dan Pemodelan Sistem

Acara pengukuhan dibuka dengan sambutan Rektor UTM yang menegaskan pentingnya peningkatan kualitas akademik dan inovasi riset di perguruan tinggi. Pengukuhan ini, menurut Rektor, menjadi bukti konkret atas komitmen universitas dalam mendorong keunggulan di bidang keilmuan masing-masing.

Salah satu momen penting dalam rangkaian acara ini adalah pidato ilmiah yang disampaikan Prof. Dr. Makhfud Efendy, S.Pi., M.Si.. Dalam orasinya, Guru Besar dari Fakultas Pertanian tersebut memperkenalkan konsep Flagship Kedaulatan Pergaraman Nasional 2045. Gagasan ini menekankan perlunya kemandirian sektor pergaraman di Indonesia melalui pendekatan sistem (system approach) yang terpadu, meliputi:

  • Sistem Bisnis Pergaraman: mencakup praproduksi, produksi, pascaproduksi, pengolahan, dan pemasaran. Hal ini selaras dengan UU Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petambak Garam.
  • Sustainable Development Goals (SDGs): integrasi aspek keberlanjutan menjadi kunci utama pengembangan pergaraman.
  • Technology Readiness Levels (TRL): penentuan tahapan kesiapterapan teknologi agar hasil riset dan pengembangan di bidang pergaraman dapat diimplementasikan oleh pemerintah, industri, maupun masyarakat.

Lebih lanjut, Prof. Makhfud menjelaskan bahwa kesuksesan sistem bisnis pergaraman membutuhkan perhatian pada lima dimensi utama:

  1. Aspek Teknis: produktivitas dan kualitas komoditas garam.
  2. Aspek Sosial: kapasitas pelaku usaha dan kelembagaan usaha garam.
  3. Aspek Ekonomi: distribusi pemasaran, kemitraan usaha, dan iklim bisnis pergaraman.
  4. Aspek Hukum-Regulasi: kualitas kebijakan dan kapasitas kelembagaan pembina petambak garam.
  5. Aspek Lingkungan: daya dukung lahan dalam produksi garam berkelanjutan.

“Melalui Flagship Kedaulatan Pergaraman Nasional 2045, kami ingin mendorong sinergi seluruh pemangku kepentingan demi terwujudnya kemandirian sektor garam nasional. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi garam akan tercapai jika riset dasar, riset terapan, dan riset pengembangan dilakukan secara berkelanjutan, sehingga hasil inovasi dapat diterapkan di lapangan,” ujar Prof. Makhfud.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. Drs. H. Pribanus Wantara, M.M. turut memaparkan pentingnya manajemen pemasaran produk di era digital yang semakin kompetitif. Beliau menekankan perlunya strategi pemasaran berbasis riset pasar dan inovasi agar produk lokal, termasuk garam, mampu bersaing di pasar global.

Sementara itu, Prof. Issa Dyah Utami, S.T., M.T., Ph.D. menyoroti peran rantai pasok dan pemodelan sistem dalam meningkatkan efisiensi produksi serta distribusi komoditas. Menurutnya, penguatan rantai pasok harus menjadi prioritas guna memastikan ketersediaan komoditas yang stabil di pasar, sekaligus meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha di sektor pertanian dan pergaraman.

Rapat Terbuka Senat UTM ini ditutup dengan ucapan selamat kepada ketiga Guru Besar dan harapan agar kehadiran mereka dapat membawa pengaruh positif, baik di lingkup akademik, industri, maupun pengembangan masyarakat luas. Dengan bertambahnya Guru Besar di Universitas Trunojoyo Madura, diharapkan inovasi dan riset unggulan semakin berkembang untuk mendukung kemandirian bangsa di berbagai sektor, khususnya dalam mendukung Flagship Kedaulatan Pergaraman Nasional 2045.

Leave a Reply